The main purpose of this dissertation is to apply and develop new forcing techniques to obtain models where several cardinal characteristics are pairwise different as well as force many (even more, continuum many) different values of cardinal characteristics that are parametrized by reals. In particular, we look at cardinal characteristics associated with strong measure zero, Yorioka ideals, and localization and anti-localization cardinals.In this thesis we introduce the property “F-linked” of subsets of posets for a given free filter F on the (...) natural numbers, and define the properties “ $\mu $ -F-linked” and “ $\theta $ -F-Knaster” for posets in a natural way. We show that $\theta $ -F-Knaster posets preserve strong types of unbounded families and of maximal almost disjoint families. These kinds of posets led to the development of a general technique to construct $\theta $ - $\textrm {Fr}$ -Knaster posets (where $\textrm {Fr}$ is the Frechet ideal) via matrix iterations of ${<}\theta $ -ultrafilter-linked posets (restricted to some level of the matrix). The latter technique allows proving consistency results about Cichoń’s diagram (without using large cardinals) and to prove the consistency of the fact that, for each Yorioka ideal, the four cardinal characteristics associated with it are pairwise different. Another important application is to show that three strongly compact cardinals are enough to force that Cichoń’s diagram can be separated into 10 different values. Later on, it was shown by Goldstern, Kellner, Mejía, and Shelah that no large cardinals are needed for Cichoń’s maximum (J. Eur. Math. Soc. 24 (2022), no. 11, p. 3951–3967).On the other hand, we deal with certain types of tree forcings including Sacks forcing, and show that these increase the covering of the strong measure zero ideal $\mathcal {SN}$. As a consequence, in Sacks model, such covering number is equal to the size of the continuum, which indicates that this covering number is consistently larger than any other classical cardinal characteristics of the continuum. Even more, Sacks forcing can be used to force that $\operatorname {\mathrm{non}}(\mathcal {SN})<\operatorname {\mathrm{cov}}(\mathcal {SN})<\operatorname {\mathrm{cof}}(\mathcal {SN})$, which is the first consistency result where more than two cardinal characteristics associated with $\mathcal {SN}$ are pairwise different. To obtain another result in this direction, we provide bounds for $\operatorname {\mathrm{cof}}(\mathcal {SN})$, which generalizes Yorioka’s characterization of $\mathcal {SN}$ (J. Symbolic Logic 67.4 (2002), p. 1373–1384). As a consequence, we get the consistency of $\operatorname {\mathrm{add}}(\mathcal {SN})=\operatorname {\mathrm{cov}}(\mathcal {SN})<\operatorname {\mathrm{non}}(\mathcal {SN})<\operatorname {\mathrm{cof}}(\mathcal {SN})$ with ZFC (via a matrix iteration forcing construction).We conclude this thesis by combining creature forcing approaches by Kellner and Shelah (Arch. Math. Logic 51.1–2 (2012), p. 49–70) and by Fischer, Goldstern, Kellner, and Shelah (Arch. Math. Logic 56.7–8 (2017), p. 1045–1103) to show that, under CH, there is a proper $\omega ^\omega $ -bounding poset with $\aleph _2$ -cc that forces continuum many pairwise different cardinal characteristics, parametrized by reals, for each one of the following six types: uniformity and covering numbers of Yorioka ideals as well as both kinds of localization and anti-localization cardinals, respectively. This answers several open questions from Klausner and Mejía (Arch. Math. Logic 61 (2022), pp. 653–683).Abstract prepared by Miguel Antonio Cardona-MontoyaE-mail: [email protected]: https://repositum.tuwien.at/handle/20.500.12708/19629. (shrink)

Salve Spinoza! Von S. Hessing.--Lasset uns gutmachen das Unrecht, von D. Ben Gurion.--Spinoza und die Ewigkeit der Seele, von I. Brucar.--Das Lamm Benedikt Spinoza, von C. Brunner.--Fünf Szenen aus dem Leben Spinozas, von F. Droop.-Die Gestalt, von S. Dubnow.--Der gotische Jude, von C. Gebhardt.--Die Bedeutung der Affectenlehre Spinozas, von V. Gherasim.--Der Lebensphilosoph Spinoza, von M. Grunwald.--Über das vermeintlich Unmoralische von Spinozas politischer Theorie, von H. F. Hallett.--Die Glückseligkeit des freien Menschen, von S. Hessing.--Der Missverstandene, von J. Klatzkin.--Der jüdische Charakter der (...) Lehre Spinozas, von J. Klausner.--Ein Bekenntnis, von M. Marcianu.--Spinoza und das Ideal des Menschen, von I. Myslicki.--Spinozaverehrung eines Nichtspinozisten, von I. Niemirower.--Eine Spinozahuldigung, von I. Petrovici.--Der Lichtstrahl Spinozas, von R. Rolland.--Spinozas Bibelkritik und Gottesbegriff, von K. Sass.--Vom grundlegenden Dualismus in Spinozas System, von C. Siegel.--Der Jude Spinoza, von N. Sokolow.--Der Schriftsteller Spinoza, von A. Zweig.--Äusserungen von: A. Einstein, S. Freud und J. Wasserman. (shrink)

Einleitung.--Hessing, S. Salve Spinoza!--Brucar, J. Spinoza und die ewigkeit der seele.--Buber, M. Spinoza und die chassidische botschaft.--Droop, F. Fünf szenen aus dem leben Spinozas.--Dubnow, S. Die gestalt.--Gebhardt, C. Der gotische Jude.--Gherasim, V. Die bedeutung der affektenlehre Spinozas.--Grunwald, M. Der lebensphilosoph Spinoza.--Hessing, S. Die glückseligkeit des freien menschen.--Klatzkin, J. Der missverstandene.--Klausner, J. Der jüdische charakter der lehre Spinozas.--Marcianu, M. Einbekenntnis.--Myslicki, I. Spinoza und das Ideal des Menschen.--Niemirower, I. Spinozaverehrung eines nichtspinozisten.--Petrovici, I. Eine Spinozahuldigung.--Rolland, R. Der lichtstrahl Spinozas.--Sass, K. Spinozas Bibelkritik (...) und Gottesbegriff.--Siegel, C. Vom grunlegenden dualismus in Spinozas system.--Sokolow, N. Der Jude Spinoza.--Zweig, A. Der schriftsteller Spinoza.--Äusserungen von: Alfred Einstein, Sigmund Freud und Jakob Wassermann. (shrink)

La vida y la obra de Maimónides; introducción por León Dujovne. -- El imperio de la razón, por Ajad Haam (Ascher Guinzberg) -- Maimon y Maimónides; influjo de Maimónides en la filosofia alemana post-kantiana, por Hugo Bergmann. -- Caracteres de la ética de Maimónides, por Hermann Cohen. -- Doctrina de Maimónides sobre la profecía, por Z. Diesendruck. -- La revelación y la razón en la obra de Maimónides; su crítica de los Molecallemín, por Alfredo Franceschi. -- Maimónides y el espíritu (...) judío, por Alberto Gerchunoff. -- Actualidad de Maimónides, por Jacob Gordin. -- La obra fundamental de Maimónides, por Joseph Klausner. -- Maimónides, médico, por Elías Singer. -- Homenaje a Rambam, por Julien Weill. -- Maimónides en el pueblo, por Hilel Zeitlin. -- Selección de la obra de Maimónides (p. [311]-431). (shrink)

Sudah sejak awal abad pertama Kristianisme memisahkan diri dari tradisi Yudaisme dan menjadi agama baru sama sekali, meskipun Yesus yang menjadi pokok iman mereka adalah seorang Yahudi. Agama Kristen diajarkan oleh Yesus dengan melepaskan diri dari tradisi Yahudi yang ortodoks, demikianlah anggapan umum hingga sekarang. Maka baik bagi orang Kristen maupun orang Yahudi, seluruh ajaran Kristiani tidak bisa dikembalikan pada akar tradisi Yahudi. Keduanya saling membedakan diri satu sama lain. Yesus mengajarkan “cinta kasih” dan para murid-Nya mempertentangkan ajaran ini dengan (...) ajaran Taurat yang sangat menekankan hukum. Sementara itu jemaat Yahudi menuduh orang Kristen (Yahudi) murtad dari tradisi mereka. Kesan mengenai pertentangan yang sangat keras antara Kristianisme dan Yudaisme di masa lalu ini antara lain juga yang menjadi sebab dari dan memicu—atau setidaknya diduga demikian—munculnya gerakan antisemitisme di Eropa hingga abad keduapuluh. Akan tetapi apakah Kristianisme dan Yudaisme patut dipertentangkan satu sama lain? Dalam buku kecil ini, Daniel Boyarin—seorang rabi Yahudi yang ortodoks serta Profesor Retorika dan Budaya Talmud, Universitas California, Berkeley—mengajukan pandangan bahwa Yesus adalah seorang yang setia pada tradisi Yahudi. Ini berarti ajaran-ajaran yang disampaikan-Nya, setidaknya yang asli, tidaklah menyimpang dari Taurat dan Kitab para Nabi. Jikalau dalam Kristianisme terdapat ajaran yang menyimpang dari sumber Yahudi, maka kiranya karena hal itu ditambahkan atau ditafsirkan secara lain oleh para murid Yesus di kemudian hari, tetapi bukan dari Yesus sendiri. Dari lain pihak, menurut Boyarin, apa yang diajarkan oleh Yesus dapat dilacak kembali dari sumber aslinya dalam Kitab Suci Yahudi. Ajaran Yesus sungguh merupakan bagian dari Yudaisme sendiri. Boyarin mencoba merunut ajaran Yesus yang asli dari sumber-sumber Yudaisme dan mempertemukan tradisi Kristen yang paling awal ini dengan tradisi asli Yahudi............ Dalam bab 4 Boyarin membicarakan penderitaan Kristus. Pokok ini sering dikaitkan dengan Yesaya 53 tentang hamba yang setia. Tetapi sekali lagi di sini, kontroversi yang terjadi adalah bahwa sebagian penafsir menempatkan bangsa Yahudi sebagai hamba itu, dan bukan individu, sebagaimana tafsir Kristiani yang menempatkan Yesus dalam posisi tersebut. Alasannya, menurut kebanyakan tafsir Yahudi, “Mesias” tidak menderita. Penderitaan dianggap sebagai aib. Mengutip Joseph Klausner (“The Jewish and Christian Messiah,” dalam The Messianic Idea in Israel, from Its Beginning to the Completion of the Mishnah, trans. W.F. Stinespring, New York: Macmillan, 1955) topik penderitaan Messias dalam Kristianisme diangkat setelah Yesus mengalaminya, jadi semacam apologi (hlm. 130). Kalau demikian, mengapa Allah membiarkan “hamba pilihan”-Nya menderita? Klausner menjawab, demi atau untuk penebusan manusia, sebagaimana diramalkan Yesaya 53. Di sini Klausner mengubah pan-dangan Yahudi, penderitaan itu bukan ramalan tentang pengejaran bangsa Yahudi, melainkan tentang penderitaan Yesus (hlm. 131-132). Menurut Boyarin, tampaknya Midrash dan tradisi ortodoks rabi Yahudi memberi ruang juga pada penderitaan Mesias, karena kedekatan teks Markus 8:38 (“… barangsiapa malu karena Aku dan perkataan-Ku…”), yang menggunakan gaya Middrash untuk mengembangkan gagasan itu untuk Yesus menyangkut penderitaan-Nya, sementara penderitaan dan kematian Mesias juga merupakan bagian dari ajaran umum ortodoksi rabinik (hlm. 134). Tidak semua tafsir Boyarin dapat diangkat dalam resensi pendek ini, tetapi secara umum jalan pikirannya mudah dipahami, juga oleh mereka yang tidak ahli dalam Kitab Suci. Secara ringkas, dalam buku ini Profesor Boyarin mendalami akar Yudaisme dalam Kristianisme awal dan menemukan bahwa ajaran Yesus sama sekali tidak menyimpang dari tradisi Yahudi dan bahwa konsep inkarnasi dan Trinitas pun sudah ada benihnya dalam sumber Yahudi. Maka sebenarnya, tidak ada pemutusan (break) antara ajaran Yesus yang awal dengan Yudaisme sebab kedatangan Messias yang diajarkan Yesus merupakan bagian utuh dari kepercayaan Yahudi, sebagaimana terdapat dalam sumber mereka. (A. Sudiarja, Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta). (shrink)

This well organized and interesting anthology concerns the image of the self-directed individual as replaced by a deterministic model of his behavior. Since legal, personal-social, and religious institutions still see man as self-controlled and therefore responsible, Mr. Klausner views this replacement as particularly troublesome. The first third of the book is predominantly historical and draws from an extremely tolerant range of sources including yoga, philosophy, psychology, hypnosis and self-help publications. The remainder of the volume is psychological and sociological, with (...) emphasis on the individual acting under stress, and with the traditional philosophical problems completely ignored. While the thematic problem is not obviously tackled there is fruitful examination of significant concepts with detailed and well-researched relationships of these concepts with a manifold of phenomena. There are several extensive bibliographies accompanying the readings. Not including introductory contributions the book includes: "Self-Control in the Perspective of History": Klausner, B. Nelson, Moses Hadas; "Self-Control in a Sociological Perspective": S. M. Dornbusch, M. K. Opler, Guy E. Swanson; "Self-Control in Psychological Perspective": I. L. Janis, S. J. Korchin, H. Liddel; "Self-Control in Psychiatric Perspective": M. T. Orne, O. McK, Rioch, K. Goldstein; and "Scientific Hermeneutics": Klausner.—D. A. G. (shrink)